Anak dan Cara Membuat Jenis Kelamin yang ditentukan Orang Tua


A. PENGERTIAN ANAK  
Menurut  UU RI No. IV th 1979 ttg kesejahteraan anak, disebutkan bahwa anak adalah seseorang yang       belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah Sedangkan menurut UU RI No. I th 1974 Bab IX ps 42 disebutkan bahwa anak  yang sah adalah yang dilahirkan dalam atau sebagai perkawinan yang sah .               
Dari kedua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian anak adalah seseorang yang dilahirkan dalam atau sebagai perkawinan yang sah yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah .


B. Proses Terjadinya Anak
Konsep dasar terjadinya anak (proses pembuahan) adalah bertemunya sel telur dan sel sperma. Oleh karenanya kita harus tau dulu karakteristik sel telur & sel sperma. Keduanya punya kromosom. XX untuk sel telur dan XY untuk sperma.

X sifatnya : bergerak lambat, waktu hidup lebih tahan/ tahan lama, bersifat basa,
Y sifatnya : bergerak cepat, waktu hidup sebentar/ cepat mati, bersifat asam.

Lelaki memiliki kromosom XY dengan suasana asam didalam kromosomnya (zat di ujung sperma). Sedangkan wanita mempunyai kromosom XX dengan suasana rahim adalah basa.

Jika basa + asam menyatu, yang terjadi adalah netral, artinya asam kalah, sehingga kromosom Y yang dibawa sperma akan mati.

Setelah itu yang paling penting sebenarnya adalah waktu masa subur, perhitungannya adalah sebagai berikut : Masa subur dibagi 2 plus minus 3 hari. Misalkan dalam 30 hari, menstruasinya selama 6 hari mulai tanggal 24-30, sehingga puncak masa suburnya adalah tgl 12. Masa subur terbaik adalah tgl 9-12 dan 12-15, Karena pada saat itu, ovum telah melalui proses pematangan. Sebelum proses peluruhan yaitu tanggal 16 dst, sehingga jika ingin Membuat anak ya dianjurkan tanggal-tanggal tersebut.


Cara Membuat Anak Laki Laki

  • Y harus menang dalam pertempuran mencapai ovum, ini mutlak. sehingga, ovum harus siap terlebih dulu agar bisa ditembus oleh akrosom sperma. Dalam tempo yangg singkat pemenang adalah Y karena X lambat.
  • Rahim harus bersuasana asam, minimal dikurangi tingkat ke-basa-annya, agar sesuai dengan sperma dan tidak membunuh kromosom Y
  • Wanita harus keluar lebih dulu/orgasme
  • Makanan yang Dikonsumsi
  • Waktu paling tepat (berdasar teori adalah tanggal 12-15) karena tanggal 12 telur sudah matang




Cara Membuat Anak Perempuan


  1. X harus menang, intinya ovum jangan matang dulu, sehingga sperma harus "nunggu" diluar ovum. Selama masa menunggu yang duluan mati adalah kromosom Y, sehingga X menang.
  2. Rahim suasana basa juga tidak apa, sehingga secara alami kromosom Y mati.
  3. Waktunya boleh gak tepat..yaitu sebelum tgl 12, Untuk memberikan waktu ovum matang dulu..sperma sudah "menunggu", Y pun akan mati.



Demikian sedikit ulasan tentang Cara Membuat Anak dan prosesnya, semoga bermanfaat sumber informasi ini didapatkan dari ilmu kedokteran, kuliah pakar keperawatan dan seminar/pelatihan TAPI tidak terlepas dari kekuasaan tuhan yang maha esa.
Read More

Nyeri dan Pengobatannya


A. pengertian
nyeri adalah rangsangan tubuh yang di sebabkan oleh syaraf, biasanya rasa nyeri timbul apabila ada ketidak nyamanan tubuh

Analgesik sendiri dibagi dua yaitu :

I. Analgesik opioid / analgesik narkotika Analgesik opioid
merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau morfin. Golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri.

Tetap semua analgesik opioid menimbulkan adiksi/ketergantungan, maka usaha untuk mendapatkan suatu analgesik yang ideal masih tetap diteruskan dengan tujuan mendapatkan analgesik yang sama kuat dengan morfin tanpa bahaya adiksi.

Ada 3 golongan obat ini yaitu :
  1. Obat yang berasal dari opium-morfin,
  2. Senyawa semisintetik morfin, dan
  3. Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin.


II. Analgesik lainnya
Seperti golongan salisilat seperti aspirin, golongan para amino fenol seperti paracetamol, dan golongan lainnya seperti ibuprofen, asam mefenamat, naproksen/naproxen dan banyak lagi.

Biasanya obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu :
  1. analgetik (menghilangkan rasa nyeri),
  2. antipiretik (menurunkan demam), dan
  3. anti-inflamasi (mengurangi proses peradangan).


Sebagai analgesik, misalnya untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, sakit waktu haid dan sakit pada otot.menurunkan demam pada influenza dan setelah vaksinasi.

I. PARACETAMOL

Parasetamol yang dijual dengan berbagai nama dagang. Beberapa diantaranya adalah Sanmol, Pamol, Fasidol, Panadol, Itramol dan lain lain. Menurut peraruran Depkes, semua obat yang dijual bebas harus menuliskan nama generik di bawah nama dagangnya yang dicantumkan di bawah “kandungan”. Namun, patut diingat bila gejalanya hanya demam, tidak dibenarkan untuk menggunakan parasetamol yang dicampur dengan bahan aktif lain, misalnya untuk pilek, batuk, dan sebagainya. Tambahan bahan lain itu selain tidak ada gunanya, juga menjadikan obat lebih mahal. Belum lagi bila menimbulkan efek sampingan, akan menjadi mubazir.

Merupakan derivat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati analgesik.

Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong.

Dalam sediaannya sering dikombinasi dengan cofein yang berfungsi meningkatkan efektivitasnya tanpa perlu meningkatkan dosisnya.

Paracetamol adalah sebuah obat analgetik untuk pasien yang tak tahan asetosal (dikenal dengan nama populer : aspirin)

Kontra Indikasi:
Hipersensitif terhadap parasetamol dan defisiensi glokose-6-fosfat dehidroganase.tidak boleh digunakan pada penderita dengan gangguan fungsi hati.

Deskripsi:
Paracetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik/analgesik
Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral. Sifat analgesik parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang. Sifat antiinflamasinya sangat lemah sehingga sehingga tindak digunakan sebagai antirematik.

Segera ke dokter bila salah satu dari tanda berikut muncul setelah anda minum paracetamol. Tanda tanda itu antara lain : terjadi perdarahan ringan sampai berat, keluhan demam dan nyeri tenggorokan tidak berkurang yang kemungkinan disebabkan oleh karena infeksi sehingga perlu penanganan lebih lanjut.

Jika tidak ada masalah di organ hati, dosis maksimum paracetamol untuk orang dewasa adalah 4 gram (4000mg) per hari atau 8 tablet paracetamol 500mg. Bila karena suatu sebab yang tidak jelas pasien bandel minum obat ini melebih dosis maksimum tadi maka jangan heran bila kelak terjadi kerusakan hati yang fatal. Gejala kerusakan hati yang perlu mendapatkan perhatian dan harus segera ke dokter antara lain : mual sampai muntah, kulit dan mata berwarna kekuningan, warna air seni yang pekat seperti teh, nyeri di perut kanan atas, dan rasa lelah dan lemas.

Beberapa reaksi alergi yang dilaporkan sering muncul antara lain : kemerahan pada kulit, gatal, bengkak, dan kesulitan bernafas/sesak. Seperti biasa, bila mengalami tanda tanda diatas setelah minum paracetamol, segera ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menjalani pengobatan dengan paracetamol antara lain, sebelum minum paracetamol, sampaikan ke dokter anda kalau anda sebelumnya pernah mengalami alergi setelah mengkonsumsi paracetamol atau alergi yang disebabkan oleh sebab lain. Selain itu, informasikan pula ke dokter bila anda mempunyai riwayat penyakit khronis seperti penyakit hati, ketergantungan alkohol, dan lain lain. Paracetmol dapat merusak hati, maka bila ditambah dengan mengkonsumsi alkohol secara berlebihan maka akan mempercepat terjadinya kerusakan hati.

Paracetamol sering dikombinasikan dengan aspirin untuk mengatasi rasa nyeri pada rematik sebab paracetamol tidak mempunyai efek anti inflamasi seperti aspirin sehingga bila kedua obat ini digabung maka akan didapatkan sinergi pengobatan yang bagus pada penyakit rematik. Paracetamol aman diberikan pada wanita hamil dan menyusui namun tetap dianjurkan pada wanita hamil untuk meminum obat ini bila benar benar membutuhkan dan dalam pengawasan dokter.

II. NEURALGIN

Indikasi:
Meringankan rasa nyeri pada sakit kepala, sakit kepala pada migrain, nyeri otot, sakit gigi dan nyeri haid.

Kontra Indikasi:
Hipersensitif terhadap paracetamol atau ibuprofen dan anti-inflamasi non steroid (AINS) lainnya serta caffeine.penderita dengan ulkus peptikum (tukak lambung dan usus 12jari) yang berat dan aktif.
Penderita dimana bila menggunakan acetosal atau obat-obat anti-inflamasi non-steroid lainnya akan timbul gejala asma, rinitis(selesma) atau urtikana.
Wanita pada kehamilan tiga bulan terakhir.

Komposisi:
Tiap tablet mengandung:
Paracetamol …………………. 350 mg
Ibuprofen …………………… 200 mg
Cafeine …………………….. 50 mg

Cara Kerja Obat:
Paracetamol merupakan analgesik-antipiretik dan ibuprofen merupakan obat analgetik, antipiretik dan anti-inflamasi non-steroid (AINS) yang memiliki efek analgetik (menghilangkan rasa nyeri), antipiretik (menurunkan demam), dan anti-inflamasi (mengurangi proses peradangan).

Efek Samping:
Yang paling sering adalah gangguan saluran cerna seperti mual, muntah, nyeri ulu hati, kemerahan pada kulit, trobositopenia, limfopenia, dll. Dapat terjadi reaksi hipersensitivitas, terutama pada penderita dengan riwayat asma, atau reaksi alergi lain terhadap golongan anti-inflamasi nonsteroid (AINS).
Penggunaan jangka lama dan dosis besar dapat menimbulkan krusakan fungsi hati. Penggunaan pada penderita yang mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko kerusakan fungsi hati.
Penurunan ketajaman penglihatan dan kesulitan membedakan warna dapat terjadi, tetapi sangat jarang dan akan sembuh bila penggunaan dihentikan.

Peringatan dan Perhatian:
Hati-hati penggunaan pada penderita tukak lambung dan pendarahan saluran cerna (aktif/riwayat), penyakit hati dan ginjal berat, wanita hamil (tidak dianjurkan) terutama pada kehamilan usia lanjut, wanita menyusui (tidak dianjurkan), dan penderita dengan ketergantungan alkohol, gagal jantung, hipertensi, dan penyakit lain yang menyebabkan retensi cairan tubuh, ganguan pembekuan darah, asma, lupus eritomatosus sistemik.
Pada penderita dengan tukak lambung dan pendarahan saluran cerna (aktif/riwayat) sebaiknya diminum setelah makan.
Jika selama menggunakan obat ini terjadi efek yang tidak diinginkan atau setelah 5 hari nyeri tidak hilang segera hubungi dokter atau unit pelayanan kesehatan.
Selama menggunakan obat ini jangan mengkonsumsi obat lain yang mengandung Paracetamol/Asetosal/ibuprofen, juga obat antikuogulan golongan Warfarin.

Interaksi Obat:

  • Pemberian ibuprofen bersama-sama dengan methotrexate atau litium harus dilakukan dengan hati-hati; penderita harus diawasi secara ketat terhadap tanda-tanda toksik dari methotrexate atau litium.


  • Risiko terjadi efek toksik dari paracetamol dapat meningkat apabila diberikan bersama-sama dengan obat yang bersifat toksik terhadap hati (hepatotoksik).


penyimpanan:
Simpan pada suhu kamar (di bawah 30 derajat C).

III. Ibuprofen

Asetosal (dikenal sebagai aspirin) tidak dianjurkan bila lambung pasien tidak tahan karena sifat asamnya. Asetosal dalam dosis 1 tablet dewasa menyebabkan darah menjadi encer sehingga perdarahan (seperti dalam haid atau terluka) akan sulit berhenti karena darah tidak dapat membeku. Asetosal juga tidak dianjurkan bila penyebab demam adalah virus (campak, cacar air, dan sebagainya), terutama pada anak karena asetosal dihubungkan dengan komplikasi fatal yang disebut Reye syndrome.

Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan banyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama dengan aspirin.

Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh wanita hamil dan menyusui.

IV. Asam mefenamat

(tidak termasuk golongan obat bebas kecuali yang 250 mg untuk orang dewasa)

Obat ini dikenal masyarakat sebagai Ponstan, dan dipiron (dikenal sebagai Antalgin atau Novalgin). Kedua obat mi tidak dibenarkan dibeli di toko obat atau apotek karena harus memakai resep. Seperti diketahui, kemasan obat bebas ditandai dengan lingkaran hijau atau biru, sedangkan obat resep lingkaran merah.

Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat sangat kuat terikat pada protein plasma, sehingga interaksi dengan obat antikoagulan harus diperhatikan. Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung.

V. Tramadol

Tramadol adalah senyawa sintetik yang berefek seperti morfin.

Tramadol digunakan untuk sakit nyeri menengah hingga parah. Sediaan tramadol pelepasan lambat digunakan untuk menangani nyeri menengah hingga parah yang memerlukan waktu yang lama.

Minumlah tramadol sesuai dosis yang diberikan, jangan minum dengan dosis lebih besar atau lebih lama dari yang diresepkan dokter.

Jangan minum tramadol lebih dari 300 mg sehari.

VI. Benorylate

Benorylate adalah kombinasi dari parasetamol dan ester aspirin. Obat ini digunakan sebagai obat antiinflamasi dan antipiretik. Untuk pengobatan demam pada anak obat ini bekerja lebih baik dibanding dengan parasetamol dan aspirin dalam penggunaan yang terpisah. Karena obat ini derivat dari aspirin maka obat ini tidak boleh digunakan untuk anak yang mengidap Sindrom Reye.

VII. Fentanyl

Fentanyl termasuk obat golongan analgesik narkotika. Analgesik narkotika digunakan sebagai penghilang nyeri. Dalam bentuk sediaan injeksi IM (intramuskular) Fentanyl digunakan untuk menghilangkan sakit yang disebabkan kanker.

Menghilangkan periode sakit pada kanker adalah dengan menghilangkan rasa sakit secara menyeluruh dengan obat untuk mengontrol rasa sakit yang persisten/menetap. Obat Fentanyl digunakan hanya untuk pasien yang siap menggunakan analgesik narkotika.

Fentanyl bekerja di dalam sistem syaraf pusat untuk menghilangkan rasa sakit. Beberapa efek samping juga disebabkan oleh aksinya di dalam sistem syaraf pusat. Pada pemakaian yang lama dapat menyebabkan ketergantungan tetapi tidak sering terjadi bila pemakaiannya sesuai dengan aturan.

Ketergantungan biasa terjadi jika pengobatan dihentikan secara mendadak. Sehingga untuk mencegah efek samping tersebut perlu dilakukan penurunan dosis secara bertahap dengan periode tertentu sebelum pengobatan dihentikan.

VIII. Naproxen

Naproxen termasuk dalam golongan antiinflamasi nonsteroid. Naproxen bekerja dengan cara menurunkan hormon yang menyebabkan pembengkakan dan rasa nyeri di tubuh.

IX. Obat lainnya

Metamizol, Aspirin (Asetosal/ Asam asetil salisilat), Dypirone/Methampiron, Floctafenine, Novaminsulfonicum, dan Sufentanil.
Read More

Penyakit KISTA OVARI dan Penyemuhannya


A. PENGERTIAN 
Kistoma ovari merupakan suatu tumor, baik yang kecil maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas (Winkjosastro. et.all. 1999).
Dalam kehamilan tumor ovarium yang dijumpai yang paling sering adalah kista dermonal, kista coklat atau kista lutein, tumor ovarium yang cukup besar dapat disebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang-halangi masuknya kepala kedalam panggul.

B. ETIOLOGI
Menurut etiologi, kista ovarium dibagi menjadi 2, yaitu : (Ignativicus, bayne, 1991)
1. Kista  non neoplasma
Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon esterogen dan progresterone diantaranya adalah :
a. Kista non fungsional
Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang berkurang di dalam korteks
b. Kista fungsional
  1. Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler di antara siklus menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang menarche kurang dari 12 tahun.
  2. Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi progesterone setelah ovulasi.
  3. Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG terdapat pada mola hidatidosa.
  4. Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang menyebabkan hiperstimuli ovarium.

2. Kista neoplasma (Winjosastro. et.all 1999)
a. Kistoma ovarii simpleks
Adalah suatu jenis kista deroma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista
b. Kistodenoma ovarii musinoum 
Asal kista ini belum pasti, mungkin berasal dari suatu teratoma yang pertumbuhanya I elemen mengalahkan elemen yang lain
c. Kistodenoma ovarii serosum
Berasal dari epitel permukaan ovarium (Germinal ovarium)
d. Kista Endrometreid
Belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya dengan endometroid
e. Kista dermoid
Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis.
f. Kista endrometroid
Belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya dengan endometroid
g. Kista dermoid
Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis

C. PATHOFISIOLOGI

                    1. Kista non neoplasma (Ignativicius bayne, 1991)

a. Kista non fungsional
Kista inkulasi dalam konteks yang dalam timbul ivaginasi dan permukaan epitelium yang berkurang. Biasanya tunggal atau multiple, berbentuk variabel dan terbatas pada cuboidal yang tipis, endometri atau epitelium tuba berkurang 1 cm sampai beberapa cm.
b. Kista fungsional
  • Kista folikel, kista di bentuk ketika folikel yang matang menjadi ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler di antara siklus menstruasi. Bila ruptur menyebabkan nyeri akut pada pelvis, evaluasi lebih lanjut dengan USG atau laparaskopi. Operasi dilakukan pada wanita sebelum pubertas, setelah menopause atau kista lebih dari 8 cm.
  • Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi progresterone setelah ovulasi. Ditandai dengan keterlambatan menstruasi atau menstruasi yang panjang, nyeri abdomen bawah pelvis. Jika ruptur perdarahan intraperitorial, terapinya adalah operasi ooverektomi.
  • Kista tuba lutein, ditemui pada kehamilan mola, terjadi pada 50 % dari semua kehamilan dibentuk sebagai hasil lamanya stimulasi ovarium, berlebihnya HCG. Tindakanya adalah mengangkat mola.
  • Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang menyebabkan hiperstimuli ovarium dengan produk kista yang banyak. Hiperplasi endometrim atau kariokarsinoma dapat terjadi pengobatan dengan kontrasepsi oral untuk menekan produksi 1.11dan oovorektomi.
              2. Kista Neoplasma Jinak (Winkjosastro.et.all. 1999).
  • Kistoma ovarii simpleks. Kista ini bertangkai dan dapat menyebabkan torsi (putaran tingkai). Diduga kista ini adalah jenis kista denoma serosum yang kehilangan kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista. Tindakannya adalah pengangkatan kista dengan reseksi ovarium.
  • Kistoderoma ovarii musinosum. Asal kista ini belum pasti, namun diduga berasal dari suatu teratoma yang pertumbuhanya 1 elemen mengalahkan elemen yang lain atau berasal dari epitel germinativum.
  • Kristoderoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium (Germinal ovarium). Bila kista terdapat implantasi pada peritoneum disertai asites maka harus dianggap sebagai neoplasma yang ganas dan 30 % sampai 50 % akan mengalami keganasan.
  • Kista endrometroid. Kista biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel yang menyerupai lapisan epitel endometrium,
  • Kista dermoid. Pada suatu teratoma kistik yang jinak dimana struktur-struktur ektoderma dengan deferensiasi sempurna seperti epitel kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebastea putih menyerupai lemak nampak lebih menonjol dari pada elemen-elemen aktoderm. Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis.

D. PROSES PENYEMBUHAN LUKA
  • Fase I


Pada fase ini Leukosit mencerna bakteri dan jaringan rusak terbentuk fibrin yang menumpuk mengisi luka dari benang fibrin. Lapisan dari sel epitel bermigrasi lewat luka dan membantu menutupi luka, kekuatan luka rendah tapi luka dijahit akan menahan jahitan dengan baik.
  • Fase II

Berlangsung 3 sampai 14 hari setelah bedah, leukosit mulai menghilang dan ceruk mulai kolagen serabut protein putih semua lapisan sel epitel bergenerasi dalam satu minggu, jaringan ikat kemerahan karena banyak pembuluh darah. Tumpukan kolagen akan menunjang luka dengan baik dalam 6-7 hari, jadi jahitan diangkat  pada fase ini, tergantung pada tempat dan liasanya bedah.
  • Fase III

Kolagen terus bertumpuk, hal ini menekan pembuluh darah baru dan arus darah menurun. Luka sekarang terlihat seperti berwarna merah jambu yang luas, terjadi pada minggu ke dua hingga enam post operasi, pasien harus menjaga agar tak menggunakan otot yang terkena.
  • Fase IV

Berlangsung beberapa bulan setelah pembedahan, pasien akan mengeluh, gatal disekitar luka, walau kolagen terus menimbun, pada waktu ini menciut dan menjadi tegang. Bila luka dekat persendian akan terjadi kontraktur karena penciutan luka dan akan terjadi ceruk yang berlapis putih.
Read More

Penyakit NEFROBLASTOMA (TUMOR GINJAL) dan Pengobatannya


A. Definisi
             Neuroblastoma adalah tumor embrional dari system saraf otonom yang mana sel tidak berkembang sempurna. Neuroblastoma umumnya terjadi bayi usia rata-rata 17 bulan. Tumor ini berkembang dalam jaringan sistem saraf simpatik, biasanya dalam medula adrenal atau ganglia paraspinal, sehingga menyebabkan adanya sebagai lesi massa di leher, dada, perut, atau panggul. Insiden neuroblastoma adalah 10,2 kasus per juta anak di bawah 15 tahun. Yang paling umum kanker didiagnosis ketika tahun pertama kehidupan. (Jhon, 2010)
         Neuroblastoma adalah tumor ganas yang berasal dari sel Krista neurak embronik, dapat timbul disetiap lokasi system saraf simpatis, merupakan tumor padat ganas paling sering dijumpai pada anak. Insiden menempati 8% dari tumor ganas anak, atau di posisi ke-4. Umumnya ditemukan pada anak balita, puncak insiden pada usia 2 tahun. Lokasi predeileksi di kelenjar adrenal retroperitoneal, mediastrinum, pelvis dan daerah kepala-leher. Tingkat keganasan neuroblastoma tinggi, sering metastasis ke sumsum tulang, tulang, hati, kelenjar limfe, dll (Willie, 2008).
             Tumor ini biasanya tidak memungkiri asalnya, dengan mengeluarkan hormon katekolamin. Tekanan darah tinggi yang merupakan akibat tumor ini jarang menimbulkan keluhan, tetapi dapat berfungsi sebagai zat penanda tumor: di dalam air kemih dapat dilihat hormon yang dikeluarkan, sehingga diagnosis tumor menjadi jelas. Dengan dapat dipastikan, apakah tumornya neuroblastoma atau nefroblastoma (Wim De Jong,  2005) 
             
B. Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik.
Tumor Wilms berhubungan dengan kelainan bawaan tertentu, seperti:
  • Kelainan saluran kemih
  • Aniridia (tidak memiliki iris)
  • Hemihipertrofi (pembesaran separuh bagian tubuh).

Tumor bisa tumbuh cukup besar, tetapi biasanya tetap berada dalam kapsulnya. Tumor bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Tumor Wilms ditemukan pada 1 diantara 200.000-250.000 anak-anak.
Biasanya umur rata-rata terjangkit kanker ini antara 3 - 5 tahun baik laki-laki maupun perempuan.

C. Patofisiologi 
Tumor Wilms (Nefroblastoma) merupakan tumor ginjal yang tumbuh dari sel embrional primitif diginjal, makroskapis ginjal akan tampak membesar dan keras sedangkan gambaran histo-patologisnya menunjukan gabungan dari pembentukan abortif glomerulus dan gambaran otot polos, otot serat lintang, tulang rawan dan tulang. Biasanya unilateral dan hanya 3-10% ditemukan bilateral. Tumor bermetastase ke paru, hati, ginjal, dan jarang sekali ke tulang. 

D. Gejala 
Keluhan utama biasanya hanya benjolan perut, jarang dilaporkan adanya nyeri perut dan hematuria, nyeri perut dapat timbul bila terjadi invasi tumor yang menembus ginjal sedangkan hematuria terjadi karena invasi tumor yang menembus sistim pelveokalises. Demam dapat terjadi sebagai reaksi anafilaksis tubuh terdapat protein tumor dan gejala lain yang bisa muncul adalah : 
  1. Malaise (merasa tidak enak badan)
  2. Nafsu makan berkurang
  3. Mual dan muntah
  4. Pertumbuhan berlebih pada salah satu sisi tubuh (hemihipertrofi).

Pada 15-20% kasus, terjadi hematuria (darah terdapat di dalam air kemih).
Tumor Wilms bisa menyebabkan tekanan darah tinggi (hipertensi). 

E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada neuroblastoma menurut Suriadi dan Rita (2006), antara lain :
  1. Foto abdomen bisa memperlihatkan klasifikasi tumor. Tumor adrenalis menggeser ginjal, tetapi biasanya tidak merubah system pelvicalyces pada urogram intravena atau pemeriksaan ultrasonografi.
  2. Peningkatan kadar kartekolamin urina (VMA dan VA) mengkonfirmasi diagnosis pada 90% kasus dan juga merupakan indicator rekuensi yang sensitive. Kadang-kadang timbul metastasis tulang (Thomas, 1994)
  3. CT Scan untuk mengetahui keadaan tulang pada tengkorak, leher, dada dan abdomen.
  4. Punksi sumsum tulang untuk mengetahui lokasi tumor atau metastase tumor.
  5. Analisa urine untuk mengetahui adanya Vanillymandelic acid (VMA) homovillic acid (HVA), dopamine, norepinephrine.
  6. Analisa kromosom untuk mengetahui adanya gen N myc.
  7. Meningkatnya ferritin, neuron spesific enolase (NSE), ganglioside (GDZ).

F. Penatalaksanaan
Jika tumor dapat diangkat, maka segera dilakukan pembedahan.
Selama pembedahan, ginjal yang lainnya diperiksa untuk menentukan apakah juga terserang tumor. Pada sekitar 4% kasus, nefroblastoma terjadi pada kedua ginjal.
Selama pembedahan juga dilakukan pemeriksaan terhadap kelenjar getah bening, organ perut dan jaringan lainnya; jika kanker telah menyebar, dilakukan pengangkatan organ-organ tersebut.
Terapi penyinaran dan kemoterapi (pemberian obat anti-kanker, seperti actinomycin D, vincristine atau doxorubicin) segera dimulai setelah pembedahan, tergantung kepada luasnya penyebaran kanker.
Read More

Penyakit AML dan Pengobatanya


A. Definisi
Acute Nonlymphoid (myelogenous) Leukemia (ANLL atau AML) adalah salah satu jenis leukemia; dimana terjadi proliferasi neoplastik dari sel mieloid (ditemukannnya sel mieloid : granulosit, monosit imatur yang berlebihan). AML meliputi leukemia mieloblastik akut, leukemia monoblastik akut, leukemia mielositik akut, leukemia monomieloblastik, dan leukemia granulositik akut  


B. Penyebab
Seperti halnya  leukemia jenis ALL (Acute Lymphoid Leukemia), etiologi AML sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti, diduga karena virus (virus onkogenik). Faktor lain yang turut berperan adalah : 
  1. Faktor endogen Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom (resiko terkena AML meningkat pada anak yang terkena Down Sindrom), herediter (kadang-kadang dijumpai kasus leukemia pada kakak beradik atau kembar satu telur).
  2. Faktor eksogen Seperti sinar X, sinar radioaktif, hormon, bahan kimia (Benzol, Arsen, preparat Sulfat), infeksi (virus, bakteri).


C. Tanda dan Gejala
  1. Hipertrofi ginggiva
  2. kloroma spinal (lesi massa)
  3. Lesi nekrotik atau ulserosa perirekal
  4. Hepatomegali dan splenomegali (pada kurang lebih 50% anak)
  5. Manifestasi klinik seperti ALL , yaitu 

a. Bukti anemia, perdarahan, dan infeksi : demam, letih, pucat, anoreksia, petekia dan perdarahan, nyeri sendi dan tulang, nyeri abdomen yang tidak jelas, berat badan menurun, pembesaran dan fibrosis organ-organ sistem retikuloendotelial (hati , limpa, dan limfonodus)
b. Peningkatan tekanan intrakranial karena infiltrasi meninges : nyeri dan kaku kuduk, sakit kepala, iritabilitas, letargi, muntah, edema papil, koma.
c. Gejala-gejala sistem saraf pusat yang berhubungan dengan bagian sistem yang terkena; kelemahan ekstremitas bawah, kesulitan berkemih, kesulitan belajar, khususnya matematika dan hafalan (efek samping lanjut dari terapi).

D. Patofisiologi dan Pathways
Jaringan pembentuk darah ditandai oleh pergantian sel yang sangat cepat. Normalnya, produksi sel darah tertentu dari prekusor sel stem diatur sesuai kebutuhan tubuh. Apabila mekanisme yang mengatur produksi sel tersebut terganggu, sel akan membelah diri sampai ke tingkat sel yang membahayakan (proliferasi neoplastik). Proliferasi neoplastik dapat terjadi karena kerusakan sumsum tulang akibat radiasi, virus onkogenik, maupun herediter. 
Sel polimorfonuklear dan monosit normalnya dibentuk hanya dalam sumsum tulang. Sedangkan limfosit dan sel plasma dihasilkan dalam berbagai organ limfogen (kelenjar limfe, limpa, timus, tonsil). Beberapa sel darah putih yang dibentuk dalam sumsum tulang, khususnya granulosit, disimpan dalam sumsum tulang sampai mereka dibutuhkan dalam sirkulasi. Bila terjadi kerusakan sumsum tulang, misalnya akibat radiasi atau bahan kimia, maka akan terjadi proliferasi sel-sel darah putih yang berlebihan dan imatur. Pada kasus AML, dimulai dengan pembentukan kanker pada sel mielogen muda (bentuk dini neutrofil, monosit, atau lainnya) dalam sumsum tulang dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh sehingga sel-sel darah putih dibentuk pada banyak organ ekstra medula.
Sedangkan secara imunologik, patogenesis leukemia dapat diterangkan sebagai berikut. Bila virus dianggap sebagai penyebabnya (virus onkogenik yang mempunyai struktur antigen tertentu), maka virus tersebut dengan mudah akan masuk ke dalam tubuh manusia dan merusak mekanisme proliferasi. Seandainya struktur antigennya sesuai dengan struktur antigen manusia  tersebut, maka virus mudah masuk. Bila struktur antigen individu tidak sama dengan struktur antigen virus, maka virus tersebut akan ditolaknya. Struktur antigen ini terbentuk dari struktur antigen dari berbagai alat tubuh, terutama kulit dan selaput lendir yang terletak di permukaan tubuh atau HL-A (Human Leucocyte Locus A). Sistem HL-A diturunkan menurut hukum genetik, sehingga etiologi leukemia sangat erat kaitannya dengan faktor herediter.
Akibat proliferasi mieloid yang neoplastik, maka produksi elemen darah yang lain tertekan karena terjadi kompetisi nutrisi untuk proses metabolisme (terjadi granulositopenia, trombositopenia). Sel-sel leukemia juga menginvasi tulang di sekelilingnya yang menyebabkan nyeri tulang dan cenderung mudah patah tulang.   Proliferasi sel leukemia dalam organ mengakibatkan gejala tambahan : nyeri akibat pembesaran limpa atau hati, masalah kelenjar limfa; sakit kepala atau muntah akibat leukemia meningeal. 

E. Komplikasi
  • Gagal sumsum tulang
  • Infeksi
  • Koagulasi Intravaskuler Diseminata (KID/DIC)
  • Splenomegali
  • Hepatomegali


F. Pemeriksaan Diagnostik
  1. Hitung darah lengkap (CBC). Anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm3 saat didiagnosis, memiliki prognosis paling baik. Jumlah leukosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur.
  2. Pungsi lumbal, untuk mengkaji keterlibatan SSP.
  3. Foto thoraks, untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum
  4. Aspirasi sumsum tulang, ditemuakannya 25% sel blast memperkuat diagnosis.
  5. Pemindaian tulang atau survei kerangka, mengkaji keterlibatan tulang.
  6. Pemindaian ginjal, hati, dan limpa, mengkaji infiltrat leukemik
  7. Jumlah trombosit, menunjukkan kapasitas pembekuan.


G. Penatalaksanaan
Protokol pengobatan bervariasi sesuai jenis leukemia dan jenis obat yang diberikan pada anak. Proses remisi induksi pada anak terdiri dari tiga fase : induksi, konsolidasi, dan rumatan. Selama fase induksi (kira-kira 3 sampai 6 minggu) anak menerima berbagai agens kemoterapi untuk menimbulkan remisi. Periode intensif diperpanjang 2-3 minggu selama fase konsolidasi untuk memberantas keterlibatan sistem syaraf pusat dan oragan vital lain. Terapi rumatan diberikan selama beberapa tahun setelah diagnosis untuk memperpanjang remisi. Beberapa obat yang dipakai untuk leukemia anak-anak adalah prednison, vinkristin, asparaginase, metrotreksat, merkaptopurin, sitarabin, alopurinol, siklofosfamid, dan daunorubisin. 

Read More

Penyakit ALL(AKUT LEUKIMIA LIMFOBlASTIC) dan Pengobatannya


A. Pengertian
Leukemia adalah penyakit yang merupakan akibat terjadinya profilerasi sel leukosit yang abnormal dan ganas serta sering di sertai leukosit jumlah berlebihan yang dapat menyebabkan terjadinya anemia trombositopenia. Leukemia limfoblastik akut ini merupakan kanker jaringan yang menghasilkan leukosit yang imatur dan berlebihan sehingga jumlahnya yang menyusup ke berbagai organ seperti sumsum tulang dan mengganti unsure sel yang normal sehingga mengakibatkan jumlah eritrosit kurang untuk mencapai kebutuhan sel (A. Aziz Alimul Hidayat, 2006).


B. Anatomi dan Fisiologi
Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi mentransportasikan oksigen, karbohidrat dan metabolit; mengatur keseimbangan asam dan basa; mengatur suhu tubuh dengan cara konduksi (hantaran), membawa panas tubuh dari pusat produksi panas (hepar dan otot) untuk mendistribusikan ke seluruh tubuh; dan pengaturan hormone dengan membawa dan menghantarkan kelnjr ke sasaran. (syaifuddin, 2003: 34). Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. (Evelyn, 2002).

C. Etiologi
Menurut suriadi, dkk, (2001), penyebab yang pasti dalam leukemia belum diketahui, akan tetapi terdapat factor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :
  1. Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (T cell Leukemia-lymphoma/ HTLV).
  2. Radiasi
  3. Obat- obat imunosupresif, obat- obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol.
  4. Faktor herediter, misalnya pada kembar monosit.
  5. Kelainan kromosom, misalnya pada Down syndrome.
D. Patofisiologi
Kasus ALL disubklasikan menurut gambaran morfologi, imonologi, dan genetic sel induk leukemia. Gambaran sitologik sel induk sangat bervariasi walaupun dalam satu cuplikan tunggal, sehingga tidak ada klasifikasi morfologik yang memuaskan. Sistem Perancis-Amerika-Inggris (PAI) membedakan tiga sub system morfologi, L1, L2, L3 pada limfoblas L1 umumnya kecil dengan sedikit sitoplasma, pada sel L2 lebih besar dan pleomorfit dengan sitoplasma lebih banyak, bentuk inti ireguler dan nekluoli nyata dan sel L3 mempunyai kromatim inti homogen dan berbintik halus, nucleoli jelas, dan sitoplasma biru tua dengan vakuolisasi nyata. Karena perbedaan yang subjektif antara blast L1 dan L2 dan korelasi dengan penanda imunologik dan genetic yang sedikit, hanya sub L3 yang mempunyai arti klinis. Kelainan kromosom dapat di identisifikasi setidak tidaknya 80-90 % ALL anak. Karriotip dari sel leukemia mempunyai arti penting diagnostic, prognostic, dan theraupetik. ALL pada anak juga diklasifikasikan atas dasar jumlah kromosom tiap sel leukemia dan atas penyusunan kembali (rearrangement) kromosom structural misalnya translokasi. Deoksinukleotidil tranferasi (TdT) yang umumnya dapat memperlihatkan pada ALL sel progenitor-B dan sel-T. Karena enzim ini tidak terdapat pada limfoit normal, maka dapat digunakan untuk mengidentifikasi sel leukemia pada situsi diagnostic yang sulit misalnya, afktifitas TdT dalam sel dalam cairan cebrospinal munhkin menolong untuk membedakan relaps susunan saraf sentral (SSS) meningitis aseptic. Kebanyakan penderita dengan leukemia mempunyai penyebaran pada waktu diagnosis, dengan keterlibatan sumsum tulang yang luas dan adanya sel blast leukimia di sirkulasi darah, limpa, hati, kelenjar limfe biasanya juga terlibat karena itu tidak ada system pembagian stadium untuk ALL (Nelson, dkk, 2000).

E. Klasifikasi
  • Menurut perjalanan penyakitnya dapat dibagi atas :
  1. Leukemia akut
  2. Leukemia kronik
  • Menurut jenisnya leukemia dibagi atas :

  1. Leukemia myeloid
  2. Leukemia mieloblastik akut (leukemia myeloid / mielositik / granulositik mielogenous akut
  3. Leukemia Limpoid


F. Manifestasi Klinis
Gejala yang khas dari ALL adalah pucat (dapat terjadi mendadak), perdarahan disertai splenomeglali dan kadang- kadang hepatomegali serta limfodeniopati pasien yang menunjukan gejala lengkap sepeti yang disebutkan ini. Secara klinis dapat di diagnose leukemia perdarahan dapat berubah ekimosis, petekie, epistaksis, perdaran gusi dan sebagainya. Pada stadium permulaan mungkin tidak terdapat splenomegali.


H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi menurut Suriadi, dkk, (2001) adalah :
  1. Sepsis
  2. Pendarahan
  3. Gagal organ
  4. Iron Deficience Anemia (IDA)
  5. Kematian


I. Penatalaksanaan
Menurut Suriadi, dkk, (2001), penatalaksanaan theraupetik pada ALL yang dapat di lakukan adalah :
  1. Penatalaksanaan kemoterapi
  2. Irradiasi cranial
  3. Terdapat 3 fase pelaksanaan kemoterapi :

a. Fase induksi : di mulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan.Pada fase ini diberikan terapi kortikosteroid (prednisone), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan berhasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5 %.
b. Fase profilaksi system saraf pusat : pada fase ini di berikan terapi methotresate, cytarabine dan hydrocortisone melalui intrathecal untuk mencegah invasi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasicranal dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan system syaraf pusat.
c. Konsolidasi : Pada fase ini kombinasi pengobatan di lakukan untuk mempertahankan remisi dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan di lakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang maka pengobatan di hentikan sementara atau dosis obat dikurangi.  
Read More

Penyakit SLE (Sistemik lupus erythematosus) dan Pengobatannya


A. Defenisi
Sistemik lupus erythematosus adalah suatu penyakit kulit menahun yang ditandai dengan peradangan dan pembetukan jaringan parut yang terjadi pada wajah, telinga, kulit kepala dan kandung pada bagian tubuh lainnya.
Systemic Lupus Erythematosus (SLE), merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan produksi antibodi terhadap komponen inti sel yang berhubungan dengan manifestasi yang luas. Penyakit lupus merupakan penyakit sistem daya tahan, atau penyakit auto imun, dimana tubuh pasien lupus membentuk antibodi yang salah arah, merusak organ tubuh sendiri, seperti ginjal, hati, sendi, sel darah merah, leukosit, atau trombosit. Antibodi seharusnya ditujukan untuk melawan bakteri ataupun virus yang masuk ke dalam tubuh.

B. Etiologi
Belum diketahui dengan jelas , namun terdapat banyak bukti bahwa Sistemik lupus erythematosus (SLE) bersifat multifaktor, mencakup :

  • Genetik
  • Infeksi
  • Lingkungan
  • Stress
  • Cahaya matahari
  • Faktor Resiko : hormon; imunitas; obat


C. Fatofisiologi
Penyakit sistemik lupus eritematosus ( SLE ) tampaknya terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan auto anti bodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal ( sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif ) dan lingkungan ( cahaya matahari, luka bakar termal ). Obat-obat tertentu seperti hidralasin ( Apresoline , prokainamid ( Pronestyl ), isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan disamping makanan kecambah alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
Pada sistemik lupus eritematosus, peningkatan produksi auto anti bodi diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T-Supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya merangsang anti bodi tambahan, dan siklus tersebut berulang kembali.

D. Manefestasi klinik
Keluhan utama dan pertama sistemik lupus eritematosus (SLE) adalah artralgia, dapat juga timbul artritis nonerosif pada dua atau lebih sendi perifer. Pasien mengeluh lemas, lesu dan capek sehingga menghalanginya beraktivitas. Demam pegal linu seluruh tubuh, nyeri otot dan penurunan berat badan terdapat kelainan kulit spesifik berupa bercak malar menyerupai kupu-kupu dimuka dan eritema umum yang menonjol. Terdapat kelainan kulit menahun berupa bercak diskoid yang bermula sebagai eritema papul atau plak bersisik. Dapat pula terjadi kelaian darah berupa anemia hemoditik, kelainan ginjal, pneumonitis, kelainan jantung, gastrointestinal, gangguan saraf dan kelainan psikatrik.

E. Pemeriksaan diagnostik

  • Pemeriksaan Antibodi Antinuklear
  • Laju Endap Darah
  • Pemeriksaan Urin
  • Pemeriksaan Serum


F. Penatalaksanaan
Bercak kemerahan kecil biasanya berhasil diobati dengan krim kortikosteroid. Bercak lebih besar resisten, kadang memerlukan pengobatan selama beberapa bulan dengan kortikosteroid per-oral (ditelan) atau dengan obat imunosupresan seperti digunakan untuk mengobati lupus eritematosus sistemik. Krim steroid yang kuat sebaliknya dioleskan pada bercak kulit sebanyak 1-2 kali/hari. Sampai bercak menghilang jika bercak sudah mulai kurang bisa digunakan krim steroid yang lebih ringan.
Salep cortison yang dioleskan pada lesi sering kali dapat memperbaiki keadaan dan memperlambat perkembangan penyakit. Suntikan cortison yang dioleskan pada dalam lesi juga bisa mengobati keadaan ini dan bisanya lebih efektif dari pada salep.
Lupus discoid tidak disebabkan oleh malaria, tetapi obat anti malaria ( cloroquine, hydroxcloroquine ) memiliki daya anti 
Read More