Penyakit Tetanus (Klarifikasi)


Tetanus adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh penyakit akibat racun yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium tetani yang menginfeksi otot dan sistem urat saraf yang mengakibatkan otot dan saraf menjadi kaku. Kata ‘tetanus’ sendiri berasal dari bahasa Yunani yakni ‘tetanos’ yang berarti ‘menegang’. Tetanus juga sering disebut sebagai ‘lockjaw’ karena otot rahang mengalami kejang. Penyakit ini masih sering terjadi di negara-negara berkembang.
Angka kematian penyakit tetanus mencapai 50%. Tidak hanya orang tua, kematian juga bisa terjadi pada penderita yang masih sangat muda dan pemakai obat suntik. Ditambah lagi jika tidak ditangani dengan perawatan medis yang segera.

Penyebab Penyakit Tetanus
Clostridium tetani adalah penyebab tetanus, namun sebenarnya bukanlah bakterinya melainkan racun yang dihasilkan oleh bakteri tersebut yang menimbulkan gejala-gejala infeksi. Spora dari bakteri C. tetani ini bisa bertahan hidup selama bertahun-tahun di dalam kotoran hewan dan tanah. Nah, jika terjadi infeksi pada tubuh manusia apakah dalam atau dangkal, bakteri tersebut dapat masuk ke dalam tubuh lewat infeksi tersebut. Ibu yang melahirkan pun bisa terkena tetanus karena infeksi yang terjadi pada rahimnya dan bisa terjadi infeksi juga pada pusar bayi yang baru lahir tersebut.

Gejala Penyakit Tetanus
Berikut beberapa gejala tetanus jika sudah menginfeksi tubuh seseorang yang bisa terjadi sekitar 5-10 hari setelah infeksi terjadi, kadang bisa juga terjadi 2 hari setelahnya atau bahkan 50 hari setelahnya:

  • Kaku rahang adalah gejala tetanus yang paling umum. Hal ini menyebabkan penderita sulit untuk membuka rahangnya.
  • Gangguan menelan, gelisah, demam, sakit kepala, tenggorokan terasa nyeri, menggigil, otot mengalami kejang, kaku duduk dan lengan dan tungkai terasa kaku.
  • Otot-otot wajah mengalami kejang.
  • Otot perut, leher, dan punggung mengalami kejang dan kaku yang mengakibatkan tumit dan kepala penderita tertarik ke belakang dan badannnya melengkung ke depan.
  • Kejangnya otot perut ini pun turut menyebabkan air kemih tertahan dan sembelit.
  • Denyut jantung dan laju pernapasan dan refleks-reflek meningkat.


Mencegah
Mencegah tetanus melalui vaksinasi adalah jauh lebih baik daripada mengobatinya. Pada anak-anak, vaksin tetanus diberikan sebagai bagian dari vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus). Bagi yang sudah dewasa sebaiknya menerima booster.
Pada seseorang yang memiliki luka, jika:

  1. Telah menerima booster tetanus dalam waktu 5 tahun terakhir, tidak perlu menjalani vaksinasi lebih lanjut
  2. Belum pernah menerima booster dalam waktu 5 tahun terakhir, segera diberikan vaksinasi
  3. Belum pernah menjalani vaksinasi atau vaksinasinya tidak lengkap, diberikan suntikan immunoglobulin tetanus dan suntikan pertama dari vaksinasi 3 bulanan.

Setiap luka (terutama luka tusukan yang dalam) harus dibersihkan secara seksama karena kotoran dan jaringan mati akan mempermudah pertumbuhan bakteri Clostridium tetani


Penatalaksanaan Tetanus

A. Umum
  • Tetanus merupakan keadaan darurat, sehingga pengobatan dan perawatan harus segera diberikan :
  • Netralisasi toksin dengan injeksi 3000-6000 iu immunoglobulin tetanus disekitar luka 9tidak boleh diberikan IV)
  • Sedativa-terapi relaksan ; Thiopental sodium (Penthotal sodium) 0,4% IV drip; Phenobarbital (luminal) 3-5 mg/kg BB diberikan secara IM, iV atau PO tiap 3-6 jam, paraldehyde 9panal) 0,15 mg/kg BB Per-im tiap 4-6 jam.
  • Agen anti cemas ; Diazepam (valium) 0,2 mg/kg BB IM atau IV tiap 3-4 jam, dosis ditingkatkan dengan beratnya kejang sampai 9,5 mg/kg BB/24 jam untuk dewasa.
  • Beta-adrenergik bolcker; propanolol 9inderal) 0,2 mg aliquots, untuk total dari 2 mg IV untuk dewasa atau 10 mg tiap 8 jam intragastrik, digunakan untuk pengobatan sindroma overaktivitas sempatis jantung.
  • Penanggulangan kejang; isolasi penderita pada tempat yang tenang, kurangi rangsangan yang membuat kejang, kolaborasi pemeberian obat penenang.
  • Pemberian Penisilin G cair 10-20 juta iu (dosis terbagi0 dapat diganti dengan tetraciklin atau klinamisin untuk membunuh klostirida vegetatif.
  • Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit.
  • Diit tKTP melalui oral/ sounde/parenteral
  • Intermittent positive pressure breathing (IPPB) sesuai dengan kondisi klien.
  • Indwelling cateter untuk mengontrol retensi urine.
  • Terapi fisik untuk mencegah kontraktur dan untuk fasilitas kembali fungsi optot dan ambulasi selama penyembuhan.


B. Pembedahan
  1. Problema pernafasan ; Trakeostomi (k/p) dipertahankan beberapa minggu; intubasi trakeostomi atau laringostomi untuk bantuan nafas.
  2. Debridemen atau amputasi pada lokasi infeksi yang tidak terdeteksi.


Daftar Pustaka
Soeparman; 1990; Ilmu Penyakit Dalam; Universitas Indonesia Press; Jakarta
Deanna etc.: 1991; Infectious Diseases; St. Louis Mosby Year Book.

0 comments:

Post a Comment